Dikarenakan kepulangan Narti ke kampung yang mendadak, saya sempat kerepotan. Hampir 9 tahun dia menjadi bagian dari keluarga kami yang tak terpisahkan. Pekerjaan rumah tangga akhirnya saya kerjakan berdua dengan suami, di sela-sela tugas pokok kami. Untuk memperingan pekerjaan, sejak saat itu hingga kini kami catering, saya hanya masak untuk anak-anak. Sekolah rumah Liza saya sesuaikan dengan sisa waktu yang ada. Saya berpikir, mungkin ini sedang saatnya ‘memperlambat laju’, tak apa-apa, pokoknya saya usahakan tak berhenti.
Dan semua itu saya ceritakan secara terbuka kepada para anggota sekolah sore. Mereka bisa mengerti, bahkan sejak saat ibu saya mulai makin berat keadaannya yang membuat hari-hari sekolah sore banyak ‘bolongnya’ dan akhirnya ‘stop’ setelah ibu kritis hingga meninggal. Kami sama-sama merindukan saat-saat riang penuh kehebohan yang menyenangkan itu. Saya tak mungkin menyelenggarakannya sendirian. Tapi saya persilakan kalau mereka mau main ke rumah kami, mau baca-baca buku atau apapun. Tapi rupanya para orangtua mereka ‘melarang’ mereka, karena mereka tak ingin menambah kerepotan saya dan mereka merasa saya masih dalam suasana berkabung.
Apakah berarti sosialisasi untuk Liza jadi terhenti? Tentu saja tidak, karena sosialisasai bisa dilakukan di mana saja & kapan saja. Seperti kehidupan nyata kita sehari-hari, kita bergaul dengan berbagai macam orang dan tidak Cuma dengan yang sebaya/seusia saja. Maksud saya, ke mana pun saya pergi Liza saya ajak, sehingga di setiap tempat dia bisa berinteraksi dan bertemu dengan berbagai macam orang. Misal di sekolah musik, di sekolahnya Donna, di tempat les-nya Donna,dll.
Ada beberapa minggu kami hidup pontang-panting waktu itu. Kemudian ada yang membantu saya lagi, tapi karena dia sudah berkeluarga dia hanya bisa membantu hingga sore, sampai jam 5. Cuma, yang satu ini etos kerjanya sungguh-sungguh payah. Ya sudahlah, yang penting Liza bisa kembali mendapatkan prime time untuk belajar, dari pagi sampai siang. Sebut saja namanya V.
Ada suatu peristiwa yang membuat saya terhenyak akan sikapnya.
Waktu itu Liza sakit, muntah-muntah, mulai siang tak berhenti. Dokter langganan praktek sore hari. Saya coba beri Liza anti muntah, dan akhirnya muntahnya berhenti, lalu tertidur. Waktu itu pukul 3 siang, suami saya di kantor sedang ada urusan sehingga tak bisa pulang lebih cepat, langit mendung mau hujan, Donna (waktu itu usianya belum 2 th) sedang tidur siang. Saya minta V tungguin mereka karena saya mau mandi, tak lebih dari 10 menit. Belum selesai saya bicara hujan besar tercurah dari langit. V ribut mau pulang karena mau angkat jemuran. Saya sampai tak bisa ngomong sesaat, bukankah hujan sudah turun dan jemuran pasti sudah basah, sedangkan Liza sedang terbaring sakit (dan sebetulnya memang belum waktunya dia pulang)? Tapi dia ngotot. Ya sudah, saya tak mau menghabiskan waktu dan tenaga untuk berdebat. Dia tetap pulang ke kontrakannya, kira-kira setengah jam bersepeda katanya (sepeda itu sepeda kami, yang kami pinjamkan karena kasihan dia kalau bolak-balik jalan kaki).
Tak apa-apa, saya tak dendam padanya. Kalau memang V tak pernah mau berubah menjadi baik, dia sendiri yang akan rugi, karena dia menutup diri ke arah perkembangan yang lebih baik bagi dirinya sendiri.
Akhirnya saya tak jadi mandi, saya tunggui Liza. Saya kompres dia karena mulai panas. Ketika jam praktek dokter sudah mulai saya bawa Liza dan Donna sendiri ke sana. Ada rasa haru melihat Donna yang belum 2 th berusaha naik turun mobil sendiri sambil membantu membawakan tas tanpa saya minta. Dia rupanya melihat saya kerepotan membawa kakaknya. Perbedaan yang sangat mencolok dengan sikap V! Lalu dengan susah payah sampai juga kami ke ruang periksa dokter di lantai 2. Fiuuh…ngos-ngosan pokoknya.
Dari peristiwa itu, kita bisa melihat bahwa kedewasaan seseorang tak ada hubungannya dengan usia fisik. V seorang wanita dewasa, tapi kalah dewasa dengan Donna yang belum 2 th!
Dan semua itu saya ceritakan secara terbuka kepada para anggota sekolah sore. Mereka bisa mengerti, bahkan sejak saat ibu saya mulai makin berat keadaannya yang membuat hari-hari sekolah sore banyak ‘bolongnya’ dan akhirnya ‘stop’ setelah ibu kritis hingga meninggal. Kami sama-sama merindukan saat-saat riang penuh kehebohan yang menyenangkan itu. Saya tak mungkin menyelenggarakannya sendirian. Tapi saya persilakan kalau mereka mau main ke rumah kami, mau baca-baca buku atau apapun. Tapi rupanya para orangtua mereka ‘melarang’ mereka, karena mereka tak ingin menambah kerepotan saya dan mereka merasa saya masih dalam suasana berkabung.
Apakah berarti sosialisasi untuk Liza jadi terhenti? Tentu saja tidak, karena sosialisasai bisa dilakukan di mana saja & kapan saja. Seperti kehidupan nyata kita sehari-hari, kita bergaul dengan berbagai macam orang dan tidak Cuma dengan yang sebaya/seusia saja. Maksud saya, ke mana pun saya pergi Liza saya ajak, sehingga di setiap tempat dia bisa berinteraksi dan bertemu dengan berbagai macam orang. Misal di sekolah musik, di sekolahnya Donna, di tempat les-nya Donna,dll.
Ada beberapa minggu kami hidup pontang-panting waktu itu. Kemudian ada yang membantu saya lagi, tapi karena dia sudah berkeluarga dia hanya bisa membantu hingga sore, sampai jam 5. Cuma, yang satu ini etos kerjanya sungguh-sungguh payah. Ya sudahlah, yang penting Liza bisa kembali mendapatkan prime time untuk belajar, dari pagi sampai siang. Sebut saja namanya V.
Ada suatu peristiwa yang membuat saya terhenyak akan sikapnya.
Waktu itu Liza sakit, muntah-muntah, mulai siang tak berhenti. Dokter langganan praktek sore hari. Saya coba beri Liza anti muntah, dan akhirnya muntahnya berhenti, lalu tertidur. Waktu itu pukul 3 siang, suami saya di kantor sedang ada urusan sehingga tak bisa pulang lebih cepat, langit mendung mau hujan, Donna (waktu itu usianya belum 2 th) sedang tidur siang. Saya minta V tungguin mereka karena saya mau mandi, tak lebih dari 10 menit. Belum selesai saya bicara hujan besar tercurah dari langit. V ribut mau pulang karena mau angkat jemuran. Saya sampai tak bisa ngomong sesaat, bukankah hujan sudah turun dan jemuran pasti sudah basah, sedangkan Liza sedang terbaring sakit (dan sebetulnya memang belum waktunya dia pulang)? Tapi dia ngotot. Ya sudah, saya tak mau menghabiskan waktu dan tenaga untuk berdebat. Dia tetap pulang ke kontrakannya, kira-kira setengah jam bersepeda katanya (sepeda itu sepeda kami, yang kami pinjamkan karena kasihan dia kalau bolak-balik jalan kaki).
Tak apa-apa, saya tak dendam padanya. Kalau memang V tak pernah mau berubah menjadi baik, dia sendiri yang akan rugi, karena dia menutup diri ke arah perkembangan yang lebih baik bagi dirinya sendiri.
Akhirnya saya tak jadi mandi, saya tunggui Liza. Saya kompres dia karena mulai panas. Ketika jam praktek dokter sudah mulai saya bawa Liza dan Donna sendiri ke sana. Ada rasa haru melihat Donna yang belum 2 th berusaha naik turun mobil sendiri sambil membantu membawakan tas tanpa saya minta. Dia rupanya melihat saya kerepotan membawa kakaknya. Perbedaan yang sangat mencolok dengan sikap V! Lalu dengan susah payah sampai juga kami ke ruang periksa dokter di lantai 2. Fiuuh…ngos-ngosan pokoknya.
Dari peristiwa itu, kita bisa melihat bahwa kedewasaan seseorang tak ada hubungannya dengan usia fisik. V seorang wanita dewasa, tapi kalah dewasa dengan Donna yang belum 2 th!
2 comments:
alow ci lien yach.. ^_^ ini Lie Siang, anaknya Ik Hwee yg di solo dulu, adiknya cik Cien yg di jkt. Hehehe... kemaren dpt sms dari cik cien suruh buka blog ini, trus aku buka, tp belom tau blognya sapa.. tapi aku pikir2 yg panggil cien, pasti keluarga sendiri, pasti cik lien deh! hehehe.. ternyata setelah dibuka, bener! ^_^ so glad bisa baca blog mu lhoo.. aku bener2surprise ternyata ada yg suka nulis blog juga selain aku (dulu) tapi sekarang aku sudah pemalesan buangett hehehe.. trus nulis blog juga yg cuma di livejournal yg di private friends only.. itu juga jarang! hehehehe.. tapi aku seneng bgt koq baca blog orang hehehe.. :p
abise suka lamaaa kalo nulis blog sendiri. oh ya, aku disini suka ketemu cik dien, abisnya sekota sich ya.. hehehhee... ^_^
Siang, penjelasan ttg dirimu komplit bgt,pdh Lie Siang yg kukenal cm 1,jd gak mgk salah :D
Aku se-surprise dirimu, ternyata ada sdr sendiri yg nulis blog jg ya... ato kita aja yg gak tau:(
Mana alamat blogmu, aku pengen baca. Berhubung skr sdh jd 'ibu' knp gak sekalian kamu masukkin ttg anakmu ke blogmu itu?
Blog itu tak buat krn capek jwb byk org(satu persatu mesti dijwb) gmn mendidik anak spt Liza. Jd blog ini mmg tak share ke byk org. Boleh jg kamu share ke siapa sj, tx.
Post a Comment