Pages

Monday, November 25, 2013

2 Piala Untuk Story Telling Competition

Yang pertama adalah yang diselenggarakan oleh sekolah Donna 20 April 2013 yang lalu. Donna menjadi juara kedua, dengan cerita wajib "Sangkuriang". Aku membuatkan gambar manual sebagai alat bantu peraga (bisa dilihat di sini ).


Yang kedua adalah minggu kemarin, 7 bulan setelah piala yang ada di foto atas, tgl 20 November 2013. Mewakili sekolahnya, Donna meraih juara pertama. Membawakan cerita berjudul "Fox Hunt", karangan Aimee Penley-Martin, yang berusia 13 tahun. Ceritanya begini:
Ada anak namanya Kasey, punya anjing border collie . Dia mau ajak anjingnya jalan-jalan di hutan. Pas itu lagi musim fox hunt. Kalau spring season biasanya ada fox hunt. Walau sudah masuk spring, tapi kali ini masih sangat dingin dan rumput berpucuk es. Ibunya memperingatkan supaya jauh-jauh dari rombongan berburu. Dan benar, ketika sedang berada di hutan, mengamati kilauan tetesan embun di jaring laba-laba, rombongan pemburu terdengar mendekat. Dia tahan anjingnya, tapi anjingnya lepas, lalu dia buru-buru memanjat sebatang pohon dan bersembunyi di situ. Untung sepintas dia lihat si anjing kembali ke tanah pertaniannya. Setelah rombongan pemburu lewat, dia segera menyusul mereka, bukannya balik ke rumah. Karena dia tahu bahwa fox hunt selalu meninggalkan anak-anak rubah yatim piatu. Dia benci sekali hal itu. Dia mengikuti jejak tetesan darah. Sampailah dia di liang si fox, dan benar ada satu fox cub yg bersuara lemah. Lalu dia bawa pulang, sambil dipeluk, buru-buru lari kembali ke rumah. Ibunya kaget melihat dia pulang dalam keadaan pucat kedinginan . Ibunya sebetulnya tidak setuju kalau Kasey bawa pulang fox cub lagi karena tempat sudah sempit. Tapi Kasey berkeras, dan dia pikir kan ada keranjang si kucing untuk tempat si fox cub.

Gambar ilustrasi yang kubuat untuk alat peraga bisa dilihat di sini.

Secara umum kita bisa lihat bahwa cerita Sangkuriang kurang cocok untuk dibawakan sebagai bahan Lomba Bercerita untuk anak-anak karena kisahnya mengenai percintaan, ibu dan anak. Dan karenanya pun Donna kurang bisa menikmatinya.
Beda dengan yang kisah "Fox Hunt" ini. Terasa indah, layaknya cerita untuk anak-anak. Dan Donna pun sangat menikmatinya.

Dan ini rekaman videonya yang dibuat oleh guru Donna:
https://www.youtube.com/watch?v=5Un9DR5BpSA



Thursday, November 7, 2013

Blognya Donna


Sudah sejak beberapa bulan lalu Donna memintaku mengajarinya cara membuat blog. Dia pingin punya blog sendiri. Janji demi janji, terkubur kesibukan ini itu yang tak ada habisnya.
Akhirnya setelah peristiwa aku dirawat di rumah sakit, aku tahu aku tak boleh menunda-nunda lagi. Aku harus bisa memilah mana yg first thing first.
Demikianlah akhirnya dengan segala keterbatasan pengetahuanku aku berhasil membantunya membuat blog sendiri yang lalu segera diisinya dengan penuh semangat. Ini dia blognya : Maria Donna Miranda.



Ketika itu...

Ketika itu aku tiba-tiba nyaris pingsan. Ternyata kadar Hb di dalam darahku tinggal 6 (normalnya paling tidak 12). Sehingga harus opname di rumah sakit untuk proses transfusi. Itu terjadi tgl 15 September 2013 menjelang tengah malam.
Semuanya terasa kacau. Suami terpaksa cuti mendadak. Urusan rumah keteteran karena memang tak ada yang membantu. Suami & anak-anak mengantar ke IGD, sampai jam 2 dini hari. Mereka lelah dan terkantuk-kantuk. Apalagi Liza yang tidak bisa mengetahui apa yang sedang terjadi. Kuminta mereka pulang saja. Jenguk kalau jam bezoek sore saja. Kasihan kalau bolak balik ke rumah sakit. Toh di RS mereka tidak bisa ngapa-ngapain. Jam 5 subuh baru aku dimasukkan ke kamar perawatan. Jadi sebagian perjanjian/surat di RS yang musti ditandatangani, kutandatangani sendiri dengan tangan berjarum infus/transfusi.
Tapi Tuhan kirim malaikatNya :). Ada seorang teman yang berbaik hati mengirimkan macam-macam lauk, dibungkusin satu persatu. Sehingga suamiku tinggal panasin untuk makan anak-anak.

Dan ternyata penyebabnya adalah adanya miom, cukup besar, 8 cm dan 6 cm, di dalam rahimku. Yang menyebabkan di saat menstruasi jumlah darah yang dikeluarkan lebih banyak dari pada seharusnya, sehingga menyebabkan anemia parah :(
Tak ada gejala lain selain itu. Eh iya sama aku mudah mengantuk & lelah. Tidak ada berkunang-kunang atau pusing-pusing, padahal Hb tinggal 6. Entah karena prosesnya yang pelan sehingga aku jadi terbiasa atau karena kebiasaan hidup sehat yg sudah kujalani selama 4 tahunan (raw juice, yoga).
Akhirnya setelah transfusi 4 kantung darah, Hb-ku bisa mencapai Hb minimal, yaitu 10.

Setelah berkonsultasi beberapa obsgyn (dokter langganan, second opinion ke sepupu & teman yg obsgyn), diputuskan bahwa rahim harus diangkat. Musti buru-buru, sebelum keburu mens lagi, takut Hb turun lagi. Karena untuk sebuah operasi besar macam itu, Hb minimal 10.
Lalu tgl 27 September 2013 pagi operasi pun dilaksanakan (setelah cek jantung, darah, paru semua ok). Dipilih hari jumat, agar suami tidak terlalu banyak cuti, dan senin  siang sudah bisa keluar dari RS.
Sebelum diangkat aku "berterimakasih" kepada rahimku, yang telah menemaniku sejak aku ada sebagai manusia, yang telah membantu menjaga kedua putriku sehingga mereka boleh dilahirkan dengan sehat & baik. Saat ini tugasnya sudah selesai. Aku minta maaf karena harus mengakhirinya dengan seperti ini.
Aku harus ditransfusi lagi pasca operasi karena banyak darah keluar pada waktu operasi. Mungkin juga karena Hbku memang pas-pasan. Aku ditransfusi 2 kantung darah dan 2 kantung plasma darah.
Sehabis operasi, ketika setengah tersadar, aku kesakitan. Sungguh sakit operasi ini.

Untuk persiapan operasi kali ini, kami meminta bantuan ibu mertua untuk membantu menjaga anak-anak di rumah. Lumayan lebih "beres" urusan rumah.
Tapi tetap saja anak-anak kurang terurus. Donna sehari setelah aku keluar dari RS akan ada Term Test dari sekolahnya. Untungnya sih dia bisa belajar sendiri. Cuma saja, suasana rumah tidak dibuat mendukung proses belajarnya. Rumahku kecil. Jadi kalau ada suara hiruk pikuk tentu mengganggu proses itu. Oma yang menjaga di rumah suka nonton TV, sinetron jenisnya, dan tentu suaranya tidak pelan (karena pendengaran beliau memang sudah kurang). Padahal di saat yang sama, Liza juga menyetel lagu-lagunya (ini memang hobi dia, dan lagi karena dia gak ada "kerjaan"). Jadi rumah kecilku hingar bingar.
Dan Liza, batuk parah. Dia memang punya bakat batuk alergi. Waktu itu pengobatan belum selesai, plus dinebulizer, keburu Mamanya opname di RS. Aku keluar RS lanjut lagi tp keputus lagi waktu aku masuk RS lagi. Sedih sekali melihatnya seperti itu. Orang lain tak bisa menanganinya untuk menebulizer dia, karena Liza menolak keras kalau bukan Mamanya.

Kesemuanya itu bisa beres akhirnya. Setelah selesai operasi, di mana aku harus istirahat penuh, aku bisa menebulizer Liza. Dan dengan dibantu healer sahabat kami, akhirnya Liza pun sembuh total batuknya. Hasil Term Test Donna juga termasuk bagus, kecuali untuk bahasa Mandarin. Hahaha gak apalah, wong itu bahasa yang gak pernah terpakai di rumahku ini. Terlalu asing. Hasil ini makin menunjukkan kemandiriannya.
Hari-hari di mana aku masih harus banyak istirahat sepulang dari RS ini aku pun dibantu para malaikatNya (ibu mertua sudah kembali ke Jogja). Temanku yang waktu itu mengirimkan lauk untuk anak-anakku kembali melakukannya, buanyak sekali, cukup sampai aku bisa kembali memasak untuk anak-anak. Dan adik iparku berkenan menjemput Donna dari sekolahnya (kalau berangkat memang diantar suamiku sekalian ngantor).
Bersyukur sungguh dengan bantuan-bantuan itu.
Dan setelah kurenungkan, dalam sebulan sakit kemarin itu, aku juga telah ditolong orang lain yang aku tidak tahu siapa, yang jelas berhati malaikat dengan menyumbangkan darahnya ke PMI. Total 6 kantung darah dan 2 kantung plasma yang kupakai. Padahal dalam setahun maksimal seseorang hanya dapat menyumbangkan 4 kantung darah. Aku "berhutang darah". Untunglah suamiku rajin berdonor.

Banyak hikmah dari kisah sakitku ini. Aku jadi punya banyak waktu untuk lebih "melihat ke dalam". Punya waktu untuk membaca (yang kurindukan sangat), walau karena kondisi yang masih lemah aku suka jatuh tertidur dengan buku masih di tangan.
Bahwa Tuhan sebenarnya selalu ada di sisiku dan menolongku, walau aku sering menyakitiNya dan sering bersikap skeptis padaNya.
Dan bahwa manusia tak bisa hidup tanpa pertolongan sesamanya.

Ketika itu...memang waktuku untuk lebih banyak merenung. Terimakasih atas kesempatan ini ya Tuhan.