Pages

Wednesday, May 30, 2012

Menyusun Menu Seminggu Sekali

Awalnya ada teman yang menanyakan bagaimana & apa menu kami yang saya susun untuk seminggu. Lalu tak lama keluar statusnya di dinding Facebooknya, bahwa menyusun menu harian seperti yang dia lakukan adalah lebih demokratis.
Saya merasa aneh. Apa hubungannya ya antara menyusun menu mingguan dan harian dengan demokratis/kurang demokratis?
Menurut cara pandang saya, demokratis adalah kalau kita mau mengakomodasi pendapat dari "warga kita", dalam hal ini anggota keluarga. Jadi selama pendapat para anggota keluarga diakomodasikan, tak ada masalah, mau menyusun menu harian, mingguan atau bahkan bulanan.
Kenapa saya menyusun menu secara mingguan? Karena hal itu memudahkan saya untuk mengatur pengeluaran, mengatur jenis makanan supaya berimbang dan menghemat waktu (karena waktu untuk memikirkan menu "besok masak apa ya" setiap harinya bisa saya reduksi, berdasarkan pengalaman saya sejak menikah). Menu seminggu itu maksud saya senin-jumat, hari sabtu dan minggu bebas. Kadang makan di luar, kadang menu surprise, kadang beli, kadang masak yang agak ribet, dsb.
Saya yang memiliki 2 orang anak, dengan satu anak SN (yang juga menjalankan pendidikan rumah) dan tanpa ada bantuan dari asisten maupun anggota keluarga lain kecuali suami saya (yang musti ngantor pagi sampai malam) sangat merasakan efisiensi waktu karena masalah masak ini bisa diorganisir dengan baik.
Anak-anak tentu boleh berpendapat mau dimasakkin apa untuk menu minggu depan. Dan saya tinggal menulis bahan yang musti saya beli, dengan membagi dua atau tiga kali belanja (yang bisa diantar oleh tukang sayur pasar langganan saya).

Contohnya Liza:"Mau makan semur daging!". Mantap dan luar biasa kan anakku yang SN ini ;)
Kesukaannya selain Semur Daging dengan sayur Terong, adalah Jagung.
Tapi tak mungkin kan saya menuruti dalam menu itu cuman semur daging dan jagung secara terus menerus. Sangat tidak seimbang gizinya.
Jadi bisa saya janjikan "Semur Dagingnya bulan depan lagi ya...Gantinya Liza boleh pilih masakan A atau masakan B? atau lainnya?" dst.
Di sini mereka belajar tentang menu yang seimbang, baik sumber protein maupun jenis sayurnya.

Donna :"Aku mau makan ikan goreng".
Saya :"Oke, nanti kita tunggu kalau tukang ikan langganan kita bawa ikan yang segar dan tidak terlalu mahal ya. Kalau sampai hari H yang kita tentukan untuk makan ikan goreng itu tukang ikan tidak datang (mungkin karena sedang musim angin barat sehingga tak ada ikan) enaknya diganti apa? Telur goreng? Tempe tahu goreng? Tapi nanti kalau lewat hari H tukang ikannya bawa ikan yang segar & terjangkau, pasti mama belikan, untuk hari sabtu/minggu ya."
Yang ini mereka belajar membuat plan A dan plan B. Kalau tidak ada A, bisa pakai B dengan nutrisi yang sama.

Ada bagian dari menu seminggu itu yang saya putuskan sendiri.
Di sini mereka belajar menerima keputusan orang lain, makan dengan penuh syukur apa yang ada di meja.

Mereka belajar bahwa tidak setiap saat semua keinginan mereka bisa dikabulkan, tapi masih bisa makan dengan baik, itu anugerahNya yang layak disyukuri. Mereka tumbuh menjadi manusia yang makannya tidak rewel, non picky eaters. Dan mereka pun tahu kenapa keinginan mereka tak terpenuhi, apa penggantinya yang setara, bagaimana mengelola kekecewaan dan juga belajar bersabar menunggu terpenuhinya keinginan itu.

Jadi memang tidak ada hubungannya antara demokratis atau tidak, dengan berapa lama sekali menyusun menu.

Saturday, May 19, 2012

Carrefour Green Bag

Sudah beberapa tahun aku nyaris selalu membawa tas belanja sendiri dari rumah, untuk mengurangi sampah plastik yang kudapat dari tas kresek. Itu adalah salah satu langkah Go Green kami , yang konsisten kami lakukan. Salah satu tas dari kain yang kami pakai adalah yang kami beli di Carrefour, yaitu Carrefour Green Bag. Kami punya dua yang terbuat dari kain dan satu yang terbuat dari plastik. Yang terbuat dari plastik sudah lama jebol dan yang terbuat dari kain pun belum lama ini jebol juga. Sayang program penukaran tas (yang waktu itu dibilang seumur hidup tas boleh ditukarkan kalau rusak) sudah berakhir tahun lalu, jadi tak bisa ditukarkan lagi. Yang terbuat dari plastik selain untuk belanja di Carrefour aku juga pakai untuk belanja di pasar. Dan kemudian setelah itu ada beberapa ibu yang mengikuti langkahku dengan membawa tas belanja sendiri dari rumah. Ah senangnya. Apalagi para tukang sayur langgananku selalu berterimakasih karena aku menolak menggunakan tas kresek mereka kalau tidak terpaksa. Pun tas kresek yang terkumpul di rumah kukembalikan pada mereka untuk dipakai kembali. Yang merepotkan justru di Carrefour Daan Mogot di mana aku sering belanja bulanan. Setiap kali lapor ke keamanan di pintu masuk Carrefour, setiap kali itu pula aku harus menjelaskan bahwa:
1. Ini tas aku bawa sendiri dari rumah.
2. Aku gak mau pakai kantong kresek kalau tidak terpaksa, makanya aku bawa tas ini. Sepertinya cuman aku ya yang bawa tas sendiri dari rumah. Karena tak pernah kulihat orang lain yang membawa tas dari rumah, plus petugas yang tampak selalu kebingungan setiap kali melihatku membawa tas tsb. Lebih merepotkan lagi hari minggu kemarin. Setelah menerangkan hal-hal tersebut di atas, petugas tersebut ngotot bahwa aku harus menitipkan tas tsb di tempat penitipan barang. Trus bagaimana aku memasukkan barang belanjaanku?
Jawabnya cukup ajaib : Ibu bawa belanjaan bersama trolinya, lalu ambil tas di penitipan, lalu masukkin barangnya di situ! Astagaa...repot bener! Setelah bersikukuh bahwa itu adalah hakku untuk membawa tas sendiri dari rumah, barulah aku diberi ijin membawa tas tsb masuk :( Tak kuduga, di akhir waktu belanja, ketika kami mau keluar dari Carrefour tsb, ada petugas Carrefour yang menyodorkan kotak plastik (seperti foto di atas). "Ini hadiah dari Carrefour untuk ibu, karena ibu telah memakai Carrefour Green Bag". Wow, what a nice surprise :)
Semoga ke depannya makin banyak masyarakat yang berkenan membawa tas belanja sendiri dari rumah. Bumi kita sudah terlalu sarat dengan sampah plastik. Dan semoga makin banyak pusat perbelanjaan yang mengadakan semacam Green Bag yang berkelanjutan, yang tidak terputus hanya untuk promo dalam jangka waktu tertentu saja.

Thursday, May 10, 2012

KidFFest 2012

Tahun ini kami menyaksikan 3 film di KidsFFest 2012. Film yg pertama adalah "Fuchsia The Mini Witch". Film ini aku tidak mendampingi Donna, karena aku harus membawa Liza les piano (ada perubahan jam les mendadak), jadi suamiku yg menemaninya. Film kedua adalah "We Can be Heroes". Film ini kami saksikan terlambat setengah jam! Bertepatan dengan minggu ke-5 yang ternyata masuk ke "Car Free Day". Setelah merambat di jalur lambat dan nyaris terlambat, tiba-tiba di jalur cepat sudah terlihat mobil-mobil bergerak. Kami pun ikutan ke jalur cepat. Dan entah ada dalam sekejab berhenti total, baik jalur cepat maupun jalur lambat. Sudah terlambat 20 menit, kami lari sampai ngos-ngosan ke lantai 8 Blitz Megaplex. Akhirnya setelah duduk kulihat jam, kami sudah terlambat setengah jam :(( Film ketiga yang kami tonton adalah "Lionel". Entah kenapa 2 dari 3 film yang kutonton aku merasa kurang puas. Rasanya tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya.