Pages

Wednesday, April 27, 2011

Kuncinya: Do Your Best & Relax

Hari Minggu tgl 17 April 2011 yang lalu, Donna memenangi kompetisi Junior Piano Yamaha kategori A (6-8 th). Bangga & terharu. Akhirnya Donna bisa 'mengalahkan' dirinya sendiri.
Ya betul. Lawannya sebetulnya adalah dirinya sendiri. Aku tahu dia bermain bagus sekali waktu sedang latihan. Tapi yang terjadi pada waktu-waktu lalu, ketika 'maju perang' dia kalah sebelum bertanding. Dia menjadi gugup & terlalu nervous, sekalipun kami tak membebaninya target apa-apa, dan membuat kesalahan demi kesalahan karena tak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang ketakutannya (takut tidak bisa bermain dengan baik, takut membuat kesalahan).
Sudah beberapa bulan kami sekeluarga menonton acara Junior Master Chef di Star TV. Ini juga membantunya melihat bahwa semua orang membuat kesalahan. Tapi apa yang membedakan antara sang juara dan yang kalah? Yang bermental juara tidak tenggelam dalam penyesalan akan kesalahan yang telah dibuat, melainkan bangkit untuk melakukan hal yang terbaik di waktu yang tersisa. Dan para pesertanya bisa dibilang memang bermental juara semua. Sehingga yang kalah pun tetap bisa meninggalkan arena dengan kepala tegak.Lumayan, hal itu bisa memacu Donna untuk "Berbuat Yang Terbaik di Waktu Yang Tersisa". Tidak masalah kamu dapat pialanya atau tidak. Kalau kamu sudah melakukan yang terbaik, kamu juga layak disebut pemenang.
Dan mendekati Hari-H nya, kami justru tak mau dia terlalu banyak memikirkannya. Jadi sehari sebelumnya dia malah asyik main game tentang Ancient Egypt dari Lego. Saking bersemangatnya malah mau mempelajari Ancient Egypt dari buku yang kami punya dan internet tentunya. Bahkan pada Hari-H nya dia membawa buku-buku Ancient Egyptnya untuk dibaca sambil menunggu giliran.
Relax :D
Bagaimana Donna memainkan lagu Canonnya? Ini dia.
We're so proud of you...

Saturday, April 16, 2011

Blessing In Disguise di Taman Super Mini Kami

Beberapa waktu lalu saya sempat ngobrol dengan temanku Mbak Ann Mariana di Seminarnya Klub Oase. Setelah beberapa kali melihat foto-foto binatang yang saya upload di Facebook, Mbak Ann berpikiran bahwa kami tinggal di tempat berudara sejuk (mungkin bertaman luas he he he).
Ha ha ha sama sekali tidak. Taman di depan rumah kami kuecil sekali kalau gak mau dibilang super mini. Tanamannya pun bukan yang jenis mahal-mahal, dan tak terawat pula. Sibuk & tidak sempat beresin, sebenarnya karena tidak dimasukkan ke dalam skala prioritas, tepatnya karena malas ha ha ha...
Mungkin justru mungkin itulah yang bikin para binatang 'betah' dan kami dapat 'bahan ajar' yang asli beneran. Blessing in disguise kerennya. Ck...ck...ck...alesannya!
Berikut beberapa foto binatang yang kami lihat/pelihara (tentu waktunya tidak bersamaan) dalam rentang waktu 3tahunan.
Ulat ngengat/moth sedang molting/ganti kulit, moth nya jadinya seperti ini:


Ulat pohon jeruk ini berubah jadi kupu seperti ini:

Sebetulnya ada 2 macam (jantan dan betina, tapi foto yang satunya entah kemana)

Ulat ini lagi mau jadi chrysalis, kupunya seperti ini (beda sekali ya, ulatnya hijau kupunya coklat):


Kupu yang ini kami tolong dari gigitan semut-semut besar dan kami beri madu+air, besoknya sudah bisa terbang lagi (walau kakinya tinggal 4 dari 6).

Ulat ini jadi moth hijau seperti ini:

Naah ketahuan, lagi makan kuncup bungaku!

Atlas moth lagi ngeringin sayapnya, rentang sayap dari ujung ke ujung sekitar 30 cm. Besar ya...

Ini banyak kami lihat waktu musim hujan, mating snails.

Telur praying mantis menetas, baby nya menggelantung sejenak sampai kuat. Kecil-kecil, dari jauh seperti semut rang-rang. Warnanya coklat kemerahan dan kakinya bergaris-garis.

Ini baby praying mantis yang udah agak gedean, warnanya mulai berubah jadi hijau seperti induknya.

Makhluk ini juga suka jalan-jalan kemana-mana, masuk ke rumah, ke kamar...

Slug, semacam bekicot tanpa cangkang, sehingga badannya mudah lolos lewat lubang selebar tusuk gigi sekalipun.

Spiderlings alias anak-anaknya laba-laba, itu yang tampak putih-putih kecil-kecil banyak sekali.
Sedang apa ya dia di pohon cemara kami? Mestinya sih lagi nyari makan. Makanannya ini lho.

Wednesday, April 13, 2011

Tulisan Ines Setiawan tentang "Kekuatan Tanpa Kekerasan"

Tulisan ini baguus sekali, saya ambil dari eMagazine Sekolah Rumah. Berikut ini saya copy paste selengkapnya :

Kekuatan Tanpa Kekerasan
Sharing
Written by Ines Setiawan

Sering kali sebagai orangtua kita merasa memiliki legitimasi untuk menghukum anak dengan kekerasan, meskipun untuk alasan-alasan yang baik. Tetapi seandainya kita tahu bahwa tanpa kekerasan, kita masih bisa memiliki kekuatan sebagai orangtua untuk menanamkan sesuatu yang baik, sepatutnya kita mencoba. Semoga kisah di bawah ini menambah kekayaan kita para orangtua homeschooling, yang memiliki intensitas interaksi lebih dengan anak-anak kita, supaya kesabaran dalam diri kita meningkat satu tangga lebih tinggi dari sebelumnya.

KEKUATAN TANPA KEKERASAN

Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi)

Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.

Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, "Ayah tunggu kau di sini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.".

Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya. Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.

Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun "Kenapa kau terlambat?"

Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab "Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu". Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong.

Lalu Ayahnya berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.".

Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan di belakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.

Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.

Pernyataan Arun: "Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan."

Friday, April 8, 2011

Pengkotak-kotakan

Beberapa waktu lalu aku sempat baca blog teman. Dia bercerita bahwa di dalam keluarganya ada yang merasa lebih superior karena perbedaan suku.
Ah kok jadi aku merasa seperti kembali di jaman penjajahan ya. Ada yang merasa lebih superior hanya karena perbedaan suku bangsa, pokoknya yang berbau SARA, juga karena perbedaan keadaan ekonomi.
Hmmm...tak menutup mata bahwa yang begituan masih banyak di sekitarku. Bagiku, seseorang yang sibuk mengkotak-kotakkan atribut duniawi sebetulnya dia sedang membangun 'penjara' di sekelilingnya. Jadi yah biarin ajalah kalau memang dia senang tinggal dalam 'penjara' ciptaannya :D

Sunday, April 3, 2011

Kembali "Bersekolah"

Ada 2 tahun lamanya Liza "sekolahnya" bisa dibilang dormant. Kenapa? Awalnya adalah pulangnya asisten saya yang telah menemani 8 th lebih lamanya, sejak Liza bayi. Lalu asisten demi asisten berganti, bukannya membantu malah kadang menyita waktu saya karena harus "melatih" dan menyesuaikan irama kerja di rumah ini. Akhirnya kami putuskan untuk mandiri, tidak tergantung bantuan seorang asisten pun. Repot? Tentu, apalagi awal-awal proses ini. Tapi tak apa, demi kebaikan bersama lebih baik keluargaku mandiri.
Ketika dalam kerepotan proses penyesuaian, waktu belajar Liza otomatis berkurang banyak (aku bukan super mom). Proses pembelajaran berlangsung sangat-sangat ringan : hanya berlatih piano + sesekali berupa pembahasan gambar di komputer ataupun reading comprehension, tentu untuk pelatihan kemandirian tidak berkurang. Menjalankannya pun sambil memberi kegiatan after schooling buat Donna.Kuamati Liza juga tampak biasa-biasa saja. Apakah selama ini memang dia tidak menikmati?
2 bulan terakhir ini Liza suka membongkar-bongkar alat-alat bantu belajarnya yang lama. Awalnya kupikir dia kangen barang-barang itu (seperti kebiasaannya, menjejer barang-barang kesukaannya di lantai/sofa). Tapi kuamati lagi ternyata kegiatan itu berlangsung lebih intens.
Seminggu kemarin ini pas Donna sedang Term Holiday, kucoba kembali ke format pembelajaran Liza yang dulu. Gayung bersambut! Ternyata Liza beneran rindu proses pembelajaran seperti yang pernah dia dapatkan dulu. Kurasa dulu sebetulnya dia menyukainya, cuma karena memang dia tak bisa berekspresi seperti anak-anak NT (Neurotypical/Neurologically Typical) sehingga aku tak bisa tahu pastinya.
Dengan kemampuan motorik yang membaik dan ekspresi yang bagiku lebih jelas, aku berencana mengembalikan "Sekolah" Liza, tentu tidak persis seperti dulu tapi dengan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi yang ada.
SEMANGAAAT!!