Pages

Wednesday, October 7, 2009

Lama Nggak Up date Blog



Lama sekali saya tidak update blog. Ada 2 kesibukan utama, mengajar Liza dan lalu mengajar Donna.

Tgl 12 juli Liza ujian musik dan tgl 13 juli Donna masuk kelas 1. Ketika sedang mencari-cari SD untuk Donna untuk th 2010, tanpa sengaja saya menemukan sekolah yang mau menerima Donna berdasarkan Mentally Agenya walaupun Physically Age nya belum memenuhi. Waduh, antara merasa senang dan bingung. Senang karena akhirnya saya menemukan sekolah yang sesuai dengan saran psikolog waktu itu (cari sekolah yang fleksibel dengan umur), bingung karena selain harus mengajar Liza yang hampir ujian musik (termasuk sulit bagi anak seperti Liza) saya juga harus mengajar Donna (loncat dari TK A yang belum bisa baca tulis ke Kelas 1).

Akhirnya saya lebih fokuskan ke Liza dulu. Tapi entah kenapa, ketika akhirnya tiba waktu ujian Liza hanya mau memainkan repertoire saja tapi tak mau menjawab semua pertanyaan penguji. Ya, semua pertanyaan, baik sulit maupun mudah bagi Liza! Saya sampai tak bisa ngomong apa-apa, karena sampai sekarang pun saya masih tak tahu sebabnya. Yah begitulah anak spesialku yang satu ini. Untunglah Liza lulus ( mungkin pengujinya tersentuh melihat kesungguhan Liza dalam memainkan repertoire). Sekarang Liza melanjutkan kursus piano secara privat, karena kalau mengikuti kelas lanjutannya akan sangat sulit bagi Liza untuk menyamai kecepatan teman-temannya dalam bermusik. Tidak menjadi masalah bagi kami, privat maupun kelas, yang penting Liza really enjoy it!

Setelah itu mulai ngebut ngajar Donna. Pertama kali ulangan, Science, dia harus remedial karena nggak bisa nulis. Tapi dalam waktu tak lama dia bisa catch up.

Kenapa dia disarankan loncat kelas? Karena memang kemampuan dia jauh di atas teman-temannya. Selama di TK A dulu dia banyak nganggur, lalu ngajak ngobrol teman sebelahnya. Tak masalah bagi Donna, tapi tentu membuat temannya jadi tak mengerti apa yang sedang guru terangkan. Selalu menjadi terbaik di suatu komunitas juga tidak selalu bagus untuk perkembangan anak. Dia jadi jarang merasakan "kalah". Di sekolah yang baru ini dia masih harus banyak belajar mengejar ketertinggalannya, dan merasakan menjadi "bukan siapa-siapa". Sempat dia merasa sedikit "post power syndrome", tapi dengan cepat dia bisa mengatasi , akhirnya bisa menikmati kondisi yang kini dia jalani. Good!

Tuesday, June 30, 2009

Liburan Singkat di Bandung

Liburan sekolah kali ini kami tidak pergi jauh-jauh, karena Liza mesti mempersiapkan ujian musiknya tgl 12 juli nanti. Jadi kami memilih lokasi yang tak terlalu jauh dari Jakarta : Bandung. Selain itu kami juga memenuhi permintaan Donna yang ingin 'bertemu' dengan T-Rex di Museum Geologi Bandung.



Dari Museum Geologi kami juga mampir ke Saung Mang Ujo. Sayang kami kepagian. Pertunjukan angklungnya baru dimulai 3 jam kemudian. Apa boleh buat, lain waktu kami berkunjung lagi. Untuk pengobat kecewa kami membeli kaset angklung untuk diperdengarkan di mobil.
The next day kami main ke Jendela Alam di Lembang. Donna asyik ikutan berebut menangkap ikan di kolam dan berflying fox di sana. Liza asyik berayun sambil menikmati semilir angin, yang walaupun siang hari bolong tetap masih terasa sejuk.










Liburan kami di Bandung kami akhiri di Wisata Tahu Lembang yang papan namanya di pinggir jalan mirip papan SPBU.
Melihat pembuatan tahu sambil minum susu kacang kedelai... segarr...

Thursday, May 28, 2009

Sedih


Awal bulan lalu Liza kontrol mata rutin. Dan hasilnya membuat saya sedih. Dari hasil foto retina dan diagnosa dokter, pembuluh darah di retinanya lebih mengecil dibanding foto retina 2 tahun yang lalu. Kalau sampai makin mengecil, penglihatan Lizalah taruhannya.
Dari serangkaian pemeriksaan rujukan ke seorang profesor dokter di bidang jantung dan pembuluh darah, semua pembuluh darah dari jantung, leher, kepala yang mengarah ke mata dalam keadaan baik, begitu juga jantungnya. Jadi kesimpulannya: hanya lokal saja di retina.
Sekarang kami belum dapat jawaban what to do next dari dokter matanya.
Sedih sekali rasanya hati kami.

Sunday, May 3, 2009

"Pertunjukan" Abang Martabak Telor



Martabak telor adalah salah satu makanan kesukaan kami. Dan yang mengasyikkan juga adalah kita dapat tontonan gratis keahlian si abang dalam memutar-mutar adonan sampai begitu tipis. Kadang Donna saking terpesonanya sampai ikut bertepuk tangan ketika menyaksikan betapa ahlinya si abang. Dan adegan ini pun pernah kami abadikan step by step, selain untuk kenangan juga agar Donna bisa selalu menghargai bahwa dalam sepotong martabak yang dia makan ada keahlian luar biasa yang tak setiap orang bisa, termasuk kami.

Bagi saya para abang martabak telor ini selain seorang enterpreneur juga seorang entertainer. Nyam-nyam!

Thursday, April 30, 2009

Ikan Buntal Yang Menakjubkan


Pebruari lalu kami ke akuarium air tawar di TMII (berdekatan dengan Museum Serangga).
Awalnya kami kira itu bola-bola betulan yang mengapung di permukaan akuarium. Ternyata itu adalah ikan-ikan buntal yang "diganggu"/dibuat tidak nyaman sehingga menggembungkan badannya sedemikian rupa sehingga mirip bola yang terapung di permukaan air. Kalau "gangguannya" cukup lama, dia juga akan menggembung untuk waktu yang cukup lama, kira-kira satu jam. Dan ketika keadaan telah nyaman kembali, "bola-bola" itu pun kembali ke bentuk ikan semula.

Monday, April 20, 2009

bercermin


Kemarin siang, ketika saya sedang menemani Liza mengikuti pelajaran untuk persiapan komuni pertamanya, ada seorang ibu yang bertanya Liza sekolah di mana.
Seperti biasa saya jawab dia homeschooling.
Dan seperti biasa juga pertanyaan lanjutannya pasti adalah kenapa dia tidak di sekolahkan di sekolah A atau B.
Sebetulnya saya sungguh bosan menjawab pertanyaan seperti ini, tapi apa boleh buat saya harus tetap menjawab.
"Memangnya bisa dapat apa kalau anak saya sekolah di situ?"
"Macam-macam ketrampilan, juga terapi ini dan itu"
Saya jelaskan secara komplit, saya didukung tim lengkap ada dokter, psikolog dan terapis. Dan karena kekhususannya Liza membutuhkan komputer untuk menulis plus keyboard BigKeys.
Dan yang lagi lagi pasti menjadi cecaran berikutnya adalah "Dia kan perlu SOSIALISASI"
Saya yang sedang flu + batuk + sakit tenggorokan sebetulnya sudah amat malas menjawab, tapi yah... demi sopan santun tetap saya jawab :
"Sosialisasi kan bisa di mana saja, Liza juga ikut kelas musik di Yamaha"
Tapi dia tetap ngotot bahwa Liza perlu sosialisasi di suatu sekolah khusus, seperti anak si A, anak si B, juga anak dia sendiri yang tunarungu yang di sekolahkan di sekolah khusus.
Saya coba jelaskan dengan menahan sabar, sosialisasi macam apa yang didapat di suatu lingkungan yang homogen, padahal kita hidup di dunia nyata yang sangat heterogen.
Tapi ya ampuun ibu yang satu ini ngotot bener. Padahal saya lihat dia begitu kasar ke anaknya yang tunarungu. Dikarenakan pada waktu itu si anak tak bisa menghapal suatu tugas hapalan , dia berkata (anaknya baca gerakan bibir) dengan mimik kesal + suara keras "Kamu malas, lihat teman-teman semua bisa", itu diulang beberapa kali. Si ibu itu bukannya mendukung anaknya yang berkebutuhan khusus, malah berkata seperti itu. Padahal di satu sisi dia menjelaskan ke semua orang mohon pengertian karena anaknya tuli. Saya pikir mestinya kekasaran seperti ini sering terjadi, sehingga si anak pun menjawab dengan kesal "Mama bawel".
Sepulang dari sana saya masih kesal. Kenapa dengan pengetahuannya yang begitu dangkal ibu itu bisa begitu ngotot. Apa jadinya kalau semua orang berpikiran bahwa sosialisasi yang benar adalah hanya yang terjadi dalam satu golongan (satu keadaan, seumur, dan hal lain yang homogen). Padahal di kehidupan nyata kita bergaul dengan berbagai macam orang, dari tukang roti sampai dokter, dari tukang sayur sampai pimpinan bank, dll.
Tapi kemudian saya terhenyak! Bukankah si ibu itu juga termasuk di lingkungan heterogen yang pasti akan saya jumpai suatu saat? Bukankah dia termasuk orang yang butuh pencerahan, bukannya butuh jawaban ketus saya? Di suatu lingkungan yang heterogen pasti kita akan banyak bertemu orang yang tidak sehaluan, bahkan berlawanan, yang pendapatnya mungkin kedengaran aneh di telinga kita, atau bahkan terasa menyakitkan.
Lalu apakah demi kenyamanan hati dan kuping kita lalu memilih berkumpul terus hanya dengan lingkungan yang homogen?


Thursday, April 2, 2009

My Little Chef




My daughter Donna wanted to cook. Ok, let's try to make scrambled egg.
First she had to crack the eggs. But she cracked the raw egg in the way she cracked the boiled egg ha..ha..

Add some salt, beat it carefully (but it's ok if you spilled a little bit :))
































Pour it in a fry pan, scramble it.































Yummy!
She then shared it with Liza. How nice...





Wednesday, March 25, 2009

Our Holiday's Over


Yaah... liburan sudah harus berakhir & kami harus kembali ke Tangerang. Dari Purwokerto kami lewat jalur selatan menuju Jakarta. Kami pilih jalur ini karena banyak tempat makan yang enak daripada jalur pantura :D
This time we had our dinner at Limbangan. Tampak di gambar Liza dan sawah di belakangnya, juga nun jauh di sana lampu-lampu dari kendaraan yang lewat.
Dari liburan ini banyak sekali yang dipelajari Liza maupun Donna. Donna banyak belajar dari alam langsung, ya tanaman ya binatang beserta habitatnya. Semuanya lebih mudah dimengerti dan diingat karena prosesnya langsung melibatkan dirinya.
Sedangkan Liza, dia banyak sekali belajar menyesuaikan diri dengan segala "ketidakteraturan" yang dia dapat. Tempat makan yang lain dari yang di rumah (bahkan sampai makan bersama di atas tikar), kamar beserta isinya yang tidak biasa, kamar mandi "basah" ,piano di rumah oma yang berbeda , juga electone sepupunya... Banyak sekali hal-hal berbeda dari segala "keteraturan" dan "aturan" yang dia buat di rumah.
Mama Papanya pun jadi bisa ikut refreshing karena anak-anak bisa menikmati liburan kali ini.

Saturday, March 7, 2009










Posting yang ini saya ulangi lagi karena ada problem :)


Di tengah perjalanan ke Purwokerto, kami sengaja berhenti mampir di daerah Kebumen untuk

memperlihatkan ke Donna proses pembuatan genteng dan batu bata. Tapi karena saat itu sudah pukul 15.30, para pekerjanya sudah pulang semua, kecuali bagian pembakaran yang berlangsung selama 24 jam. Saya perlihatkan tanah bahan pembuat genteng dan bata, lalu setelah dicetak di susun di rak kayu diangin-angin sampai keras sebelum dibakar. Lumayan, dapat pengetahuan baru dalam perjalanan ke Purwokerto.

Sunday, March 1, 2009

Christmas 2008 & New Year 2009 Holiday

Day Six : to Purwokerto








Time is up! Liburan hampir usai. Kami mesti kembali ke Jakarta via Purwokerto + istirahat semalam di sana.
Sebelum ke Purwokerto Donna mau pamitan sama all of the farm animals.
"Bye bye chick! Bye bye sheep n baby lamb!"

Eit jangan lupa bawa daun kelapa untuk oleh-oleh teman sekolah, supaya mereka tahu darimana lidi dan sapu lidi berasal, seperti yang Donna saksikan pembuatannya saat itu.




Monday, February 9, 2009

Christmas 2008 & New Year 2009 Holiday

Day Five : Solo
Kami ke air terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu. Namanya lebih terkenal dari Curug Cipendok di Banyumas, tapi keindahannya jauh dari Curug Cipendok. Pas kami berkunjung air terjunnya berwarna kecoklatan. Ada kerusakan di daerah atas?? Sepertinya begitu.
Turun ke kota Solo tentu kami tak lupa menyantap gudeg opor yang nikmat itu...


Tuesday, January 20, 2009

Christmas 2008 and New Year 2009 Holiday

Day Four : A Day Full of Field Trip

(1)





Tanggal 29 desember 2008 kami mengawali hari dengan berkunjung ke perajin keramik di Kasongan. Dan Donna mencoba membuat sebuah pot di sana. Setelah selesai kami bawa pulang ke rumah Oma untuk dijemur di bawah matahari terik. Rupanya itulah kesalahan utama karena ketidaktahuan kami : tak boleh dijemur di bawah matahari langsung, tapi diangin-angin di tempat teduh sampai kering mengeras. Kasihan... capek-capek bikinnya, cuma menghasilkan the cracked pot.

(2)


















Setelah dari Kasongan kami ke rumah adik suami saya. Inilah yang dilakukan Donna selama di sana:
Mencicipi telur Mentok rebus (she said "yummy")setelah lelah mengejar-ngejarnya, takjub melihat ada sapi hitam legam warnanya, mengelus-elus kambing ethawa yang berkuping panjang, melihat proses pemotongan bebek sampai bersih dan menimba air dari sumur tradisional (awalnya dia selalu ingin mengembalikan air yang sudah susah payah ditimbanya karena takut air yang ditimba terus akan habis, ha ha ha).

(3)
Kami kemudian berkunjung ke rumah Oma Buyut dan Opa Buyut Liza dan Donna (di Jogja). Di sana ada 2 kolam ikan mas. Maka Donna pun asyik memberikan makan para ikan mas yang datang berkerumun.


















Oma Buyut dan Opa Buyut mengelola Museum Batik yang ada di sebelah rumah. Museum ini menyimpan koleksi-koleksi batik dan sulaman Oma , sejarah perbatikan dan juga mengadakan pelatihan membatik.

Ini adalah sulaman Oma Buyut yang masuk rekor MURI sebagai sulaman terpanjang (kata Oma Buyut, perlu waktu 3 tahun untuk menyelesaikannya).


Dari sini saya juga baru tahu, kalau lilin untuk membatik dulu awalnya didapat dari melarutkan lapisan lilin yang ada di daun pisang.








(4)
Kami sekarang ke Klaten, ke rumah dan sawahnya Eyang Kakungnya Baby Sawa. Sawa adalah sepupu Liza dan Donna yang masih berumur 3 bulan, Donna panggil dia Baby Sawa.


Kami semua, termasuk Liza ,menyusuri pematang sawah. Lalu melintasi aliran kecil air (yang ini Liza tidak ikutan).
Beras yang terkenal bagus yang dihasilkan di sini namanya "Menthik Wangi".










Memetik tomat yang masih hijau.







Horeee dapat banyak kacang panjang...






(5)
Setelah hari mulai gelap, kami pun dijamu makan malam ala pedesaan yang ramah, hangat dan guyup di rumah Eyang Kakungnya baby Sawa. Dinner on the mat! Pengalaman pertama bagi Donna. Dan anehnya Liza pun tak menolak dengan acara makan yang tentu 'asing' bagi dia.

(6)

Kunang-kunang, hendak ke mana ?
Kelap-kelip indah sekali....
Lagu anak-anak ini langsung terngiang di kuping. Betapa tidak, setelah selesai acara makan malam yang mengesankan dan kaki melangkah ke luar, kami disuguhi pemandangan yang bertahun-tahun tak pernah saya lihat di Jakarta : kunang-kunang ! Indaah sekali kelap-kelipnya di atas sawah.
Donna merasa takjub. Dan Eyang Kakungnya baby Sawa pun dengan sigap menangkap 3 ekor untuk dibawa kami kembali ke rumah Oma di Jogja. Lalu kami foto kunang-kunang yang tinggal 2 ekor (karena yang satu terbang entah ke mana) ketika di malam hari dan juga esok siangnya ketika kerlipnya kalah terang dengan sinar matahari.
Hari ini hari yang sangat mengesankan, terutama bagi Donna. Dan petualangan hari ini pun ditutup dengan pemandangan kerlipan-kerlipan indah di atas sawah...

Wednesday, January 14, 2009

Christmas 2008 and New Year 2009 Holiday


Day Three : Jogjakarta


(1)
Dalam perjalanan ke Jogja, di daerah Wates, kami menyaksikan beberapa burung kuntul di sawah. Seumur-umur anak-anak belum pernah melihatnya. Awalnya Donna mengira mereka mengganggu petani. Saya bilang, justru sebaliknya, karena mereka makan hama sawah, antara lain keong.
(2)

Sesampai di rumah Oma di Jogja, Donna semangat sekali memetik buah rambutan di halaman samping. Rambutan merah matang yang tumbuh tak terlalu tinggi sengaja disisakan agar mudah dipetik.

Monday, January 12, 2009

Christmas 2008 and New Year 2009 Holiday


Day Two : Owabong
Owabong sebetulnya merupakan singkatan dari Obyek Wisata Bojong. Letaknya di Purbalingga, Jateng. Wahana permainan air seperti ini sebetulnya ada beberapa di Jakarta dan sekitarnya, tapi ada satu hal yang membuat Owabong lebih istimewa : airnya dari sumber mata air (kalau tidak salah dari 7 mata air!). Airnya sungguh segar dan dingin. Apalagi ketika kami berkunjung sedang musim hujan. Brrr...

The Beetle





On January 10th 2009 night, we found a beetle in our kitchen. These are the pictures we took that day.

And this is what we get from http://www.goliathus.com/ :
Rhinoceros beetle
The rhinoceros beetles are a subfamily (Dynastinae) of beetles in the family of scarab beetles (Scarabaeidae).They are among the largest of beetles and are so named because of the charactertic horns borne by the males of most species in the group. The male beetles use their horns in mating battles against other males. Their larval stage is long, several years in some species. The larvae feed on rotten wood while the adults feed on nectar, plant sap and fruit. Rhinoceros beetles are also the strongest animals on the planet, proportionally. They can lift up to 850 times their own weight.
Aha! Now we know what kind of beetle we found: a female rhinoceros beetle. Then we let it free outside.