Pages

Monday, February 28, 2011

Bermain adalah Hak Anak


Sering sekali aku menerima "keluhan" dari temanku para ibu-ibu bahwa anaknya terlalu banyak main. Terlalu banyak main? Menurut mereka anak mereka yang berusia lewat balita tak perlu banyak main lagi, seharusnya belajar gitu lho.
Ha ha ha...bagaimana sih para ibu ini, bukankah Bermain itu adalah Hak Anak? Selama mereka menyandang predikat "Anak", bukan orang dewasa, selama itu pula tentunya mereka boleh bermain sesuai kebutuhan mereka. Coba bayangkan kalau kebutuhan ini tak terpenuhi, tentu mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang kekanak-kanakan. Dengan bermain mereka mendapatkan "makanan" yang mereka butuhkan untuk perkembangan fisik mental ke tahap selanjutnya. Coba kita amati, bermain a la anak umur 3 th tentu berbeda dengan gaya bermain anak umur 8 th dst, seperti juga perbedaan asupan makanan anak tiap tahapan perkembangan usia.
Dengan bermain mereka juga belajar, bahkan rasanya yang dipelajari lebih banyak dan lebih nyangkut. Permainan macam apa yang baik? Semua mainan yang membuat anak tertarik sehingga asyik mengeksplorasinya. Bahkan untuk anak special needs seperti Liza pun aku menggunakan hal-hal yang disukainya untuk "masuk ke dunianya" dan bersama mengeksplorasi & mempelajarinya.
Pada Donna memang agak sulit menerapkan 'fun day' tiap hari. Maklum dia 'bersekolah' (maksudnya tiap pagi berangkat ke gedung yang namanya sekolah dan tinggal di sana sampai diijinkan pulang :D), dengan konsekuensi ikutannya seperti : PR, tugas/project & ulangan.
Pada Donna aku terpaksa menerapkan peraturan ini : boleh main kalau semua PR,tugas & persiapan ulangan untuk besok paginya sudah beres. Terpaksa jeli mencarikan celah waktu. Sedih banget rasanya kalau melihat dia kadang dihujani tumpukan PR/tugas ("Mungkin gurumu lupa pernah jadi anak kecil, nak...you have a big heart,please forgive them...").

No comments: