Dari 3 PRT yang pernah bekerja pada saya, saya jadi merenungkan hal ini, benih yang baik tak selalu bisa tumbuh dengan baik. Mereka membutuhkan tanah yang baik agar dapat tumbuh.
Saya manusia yang jauh dari sempurna. Tapi dengan kehadiran Liza dan Donna, saya berusaha keras, agar saya selalu bisa menabur benih kebaikan. Di mana pun, kepada siapa pun, tak terkecuali pada PRT yang sedang bekerja pada kami.
PRT yang pertama, Narti, dia serupa dengan tanah yang subur, karena kebaikan hatinya dan kemauannya yang kuat untuk berubah menjadi makin baik (dari seorang buta huruf menjadi lancar baca tulis, dari tak punya uang sepeser pun sampai punya 2 petak sawah + sebidang tanah). Sehingga benih-benih kebaikan dan kemajuan yang saya tabur padanya tumbuh subur. Saya yakin pohon ini kelak pun akan berbuah kebaikan.
PRT yang kedua, V, serupa tanah bercadas, yang membuat benih-benih kebaikan dan kemajuan yang saya tabur mati bahkan sebelum sempat berkecambah (mungkin bisa saya ingatkan, dia lebih mementingkan pulang mengangkat jemurannya yang sudah kehujanan dari pada menunggui Liza yang terbaring sakit hanya untuk 10 menit saja).
PRT yang ketiga, R, ibarat tanah gersang, di mana benih kebaikan yang saya tabur Cuma tumbuh jadi pohon kerdil, yang tak berbuah, bahkan akan mati kalau tanahnya tak berubah.
Tetap saja banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam perjalanan hidup di dunia ini. Bisa saja tanah yang subur menjadi gersang karena tak pernah disirami hal-hal yang baik. Tanah gersang pun akan berubah jadi subur kalau kemudian dipupuk dengan kebaikan. Dan tanah bercadas pun tak pernah kehilangan kesempatan, jika tersedia banyak pupuk yang melapisinya, dan ketika ada benih kebaikan ditabur dia pun berkesempatan menumbuhkannya menjadi pohon kebaikan yang berbuah subur.
Demikian juga kita, tanah subur, tanah gersang, atau tanah bercadaskah kita? Tak ada kata terlambat untuk menumbuhkan pohon kebaikan dari hati kita. Dan tentu tak boleh dilupakan perawatannya, karena dalam perjalanan hingga dapat menghasilkan buah-buah kebaikan, tentu banyak gangguannya. Mungkin bisa dibayangkan seperti ini :
Putus asa yang bagaikan benalu, menghisap semangat hidup kita…
Tak ada kemauan untuk selalu belajar menjadi lebih baik, bagaikan ulat yang menggerogoti pucuk-pucuk daun muda sehingga tak ada pertumbuhan lagi…
Tak ada kemauan untuk menggali kebaikan dari dalam diri , bagaikan hama yang memakan calon-calon buah sehingga tak ada buah yang dihasilkan…
Atau bahkan tanahnya sendiri yang makin miskin hara karena tak pernah mendapatkan pupuk kebaikan dan air kasih sayang, sehingga segagah apapun pohonnya akan terkulai layu dan kering meranggas…
Saya tetap mengharapkan ketiga mantan PRT saya bagaimanapun prosesnya tetap akan menjadi pohon yang menghasilkan buah kebaikan, seperti juga saya selalu berharap dan berusaha keras agar senantiasa bisa menghasilkan buah yang baik.
Demikianlah renungan saya tentang 3 benih yang telah saya tabur.
Saya manusia yang jauh dari sempurna. Tapi dengan kehadiran Liza dan Donna, saya berusaha keras, agar saya selalu bisa menabur benih kebaikan. Di mana pun, kepada siapa pun, tak terkecuali pada PRT yang sedang bekerja pada kami.
PRT yang pertama, Narti, dia serupa dengan tanah yang subur, karena kebaikan hatinya dan kemauannya yang kuat untuk berubah menjadi makin baik (dari seorang buta huruf menjadi lancar baca tulis, dari tak punya uang sepeser pun sampai punya 2 petak sawah + sebidang tanah). Sehingga benih-benih kebaikan dan kemajuan yang saya tabur padanya tumbuh subur. Saya yakin pohon ini kelak pun akan berbuah kebaikan.
PRT yang kedua, V, serupa tanah bercadas, yang membuat benih-benih kebaikan dan kemajuan yang saya tabur mati bahkan sebelum sempat berkecambah (mungkin bisa saya ingatkan, dia lebih mementingkan pulang mengangkat jemurannya yang sudah kehujanan dari pada menunggui Liza yang terbaring sakit hanya untuk 10 menit saja).
PRT yang ketiga, R, ibarat tanah gersang, di mana benih kebaikan yang saya tabur Cuma tumbuh jadi pohon kerdil, yang tak berbuah, bahkan akan mati kalau tanahnya tak berubah.
Tetap saja banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam perjalanan hidup di dunia ini. Bisa saja tanah yang subur menjadi gersang karena tak pernah disirami hal-hal yang baik. Tanah gersang pun akan berubah jadi subur kalau kemudian dipupuk dengan kebaikan. Dan tanah bercadas pun tak pernah kehilangan kesempatan, jika tersedia banyak pupuk yang melapisinya, dan ketika ada benih kebaikan ditabur dia pun berkesempatan menumbuhkannya menjadi pohon kebaikan yang berbuah subur.
Demikian juga kita, tanah subur, tanah gersang, atau tanah bercadaskah kita? Tak ada kata terlambat untuk menumbuhkan pohon kebaikan dari hati kita. Dan tentu tak boleh dilupakan perawatannya, karena dalam perjalanan hingga dapat menghasilkan buah-buah kebaikan, tentu banyak gangguannya. Mungkin bisa dibayangkan seperti ini :
Putus asa yang bagaikan benalu, menghisap semangat hidup kita…
Tak ada kemauan untuk selalu belajar menjadi lebih baik, bagaikan ulat yang menggerogoti pucuk-pucuk daun muda sehingga tak ada pertumbuhan lagi…
Tak ada kemauan untuk menggali kebaikan dari dalam diri , bagaikan hama yang memakan calon-calon buah sehingga tak ada buah yang dihasilkan…
Atau bahkan tanahnya sendiri yang makin miskin hara karena tak pernah mendapatkan pupuk kebaikan dan air kasih sayang, sehingga segagah apapun pohonnya akan terkulai layu dan kering meranggas…
Saya tetap mengharapkan ketiga mantan PRT saya bagaimanapun prosesnya tetap akan menjadi pohon yang menghasilkan buah kebaikan, seperti juga saya selalu berharap dan berusaha keras agar senantiasa bisa menghasilkan buah yang baik.
Demikianlah renungan saya tentang 3 benih yang telah saya tabur.
No comments:
Post a Comment