Pages

Sunday, March 15, 2015

Steve Jobs Was a Low Tech Parent

Judul itu aku copy paste dari berita yang ditulis oleh wartawan NYTimes.com. Banyak yang terkejut membacanya. Tak disangka Steve Jobs, orang di balik sukses perusahaan komputer terkenal seperti Apple, justru tidak mengijinkan segala macam peralatan high tech di rumahnya untuk digunakan oleh anak-anaknya. Dan bukan hanya Steve Jobs saja, tapi beberapa pemimpin dan pendiri perusahaan yang tergolong High Tech juga melakukan pembatasan yang amat ketat terhadap penggunakan gadget dan screen untuk anak-anak mereka. Mereka tahu bahaya penggunaan gadget yang berlebihan pada anak-anak mereka. Jadi apa yang dilakukan oleh Mr Job di rumah bersama anak-anaknya?
Aku kutip sedikit di sini:
“Every evening Steve made a point of having dinner at the big long table in their kitchen, discussing books and history and a variety of things,” he said. “No one ever pulled out an iPad or computer. The kids did not seem addicted at all to devices.”
Atau selengkapnya bisa baca di sini.

Bagaimana di rumahku sendiri? Aku & suami sampai saat ini bangga tidak punya gadget, kecuali PC di rumah dan Handphone model jadul tanpa internet. Demikian pula dengan anak -anak kami, no gadget. Entah ke depannya bagaimana, tapi sampai saat ini kami bangga dengan hal itu. Jadi ketika kami pergi bersama sekeluarga, jarang sekali kami sibuk dengan gadget masing-masing. Kami bisa bebas ngobrol, bergurau dan berdiskusi bersama. Hp ada hanya untuk berkomunikasi seperlunya. Miris melihat anak2 bahkan batita pun sudah disodori gadget untuk membuat mereka "anteng" dan "tidak mengganggu" orang tua mereka. Waktu yang sangat sebentar bersama anak-anak bukannya dipakai untuk memperkuat ikatan batin dan berdiskusi hal-hal yang penting untuk tumbuh kembangnya kelak, malah dianggapnya anak-anak itu "pengganggu". 
Kira-kira bagaimana ya generasi yang sudah dicekoki gadget ini kelak memperlakukan orang tua mereka yang sudah uzur ? Apakah kira-kira mereka akan terganggu dengan kehadiran orang tuanya yang "mulai merepotkan"? Dan sebagai pengganti kehadiran diri, mereka mengirimkan gadget terbaru untuk orang tua mereka, biar orang tua mereka "anteng"? Mungkin juga plus mengirim "nanny" (yang tentunya juga sibuk main gadget, seperti yang mereka dapatkan selama mereka menjalani masa kanak-kanak)? . Entahlah...
Kami sendiri di rumah tidak totally screen free. Kami selama ini memakai PC untuk bekerja dan belajar. Sebagaimana sifat PC itu sendiri yang tidak bisa dibawa ke mana-mana, hanya bisa digunakan di tempat tertentu dan waktu tertentu, sehingga di waktu selebihnya kami lebih bisa berinteraksi penuh sebagai manusia nyata.

Just my two cents.

No comments: