Pages

Saturday, March 19, 2011

My Point of View : Gambaru

Orang sedang ramai membicarakan kehebatan bangsa Jepang dalam menghadapi bencana yang beruntun : gempa, tsunami & nuklir. Mereka memang bangsa yang ulet luar biasa. Dan hal itu rupa-rupanya dilandasi filosofi Gambaru, yang 'mewabah' di Indonesia melalui tulisan mbak Rouli Esther Pasaribu. Gambaru, semangat pantang menyerah sampai titik darah penghabisan, yang membuat mereka mampu mengatasi semua musibah tanpa meratap berlebihan.
Saya merenung. Gambaru...?
Menurut pendapat saya kalau semangat Gambaru memang timbul dari dalam diri tentu amat bagus. Tapi kalau digunakan/dimanipulatif untuk "menekan" orang lain tentu sangat keliru, apalagi 'menuntut' anak ("Nak, kamu belum cukup keras berusaha, ayo berjuang terus!")dan terjadi terus menerus tentu si anak akan selalu berada di bawah tekanan. Mungkin kalau ada yang lupa, angka bunuh diri di kalangan muda Jepang amat tinggi. Bagiku itu menunjukkan adanya 'under pressure' yang luar biasa yang tak tertahankan (tentu tanpa menafikan sebab-sebab lain).
Bagiku lebih indah kalau Gambaru timbul dari dalam diri karena adanya PASSION. For me : Passion + Focus = Masterpiece!
Jadi hasil yang kita dapatkan akan melampaui hasil yang didapatkan hanya dari Gambaru (baca:disuruh). Di dalam Passion ada cinta & semangat yang luar biasa, sehingga fokus akan tercipta dengan sendirinya, yang melahirkan "masterpiece" yang unik dari masing-masing individu, tanpa tekanan.
Saya takut, karena selama ini terasa sekali masyarakat kita ini suka latah. Semoga itu hanya ketakutan saya semata...

3 comments:

Andini Rizky said...

Sependapat dengan Mbak Ratna. Betul, kalau tidak datang dari sendiri hasilnya bukan saja stres (yang negatif), juga rasa tidak percaya diri, jadi merasa kalau tidak ada tekanan, dia tidak bisa gambaru sendiri. Dia jadi percaya, bahwa kalau tidak ada yang suruh, tidak mungkin dirinya belajar/bekerja.

Bisa juga orang Indonesia latah, disuruh anak-anaknya gambaru (belajar keras supaya ranking), tapi dirinya sendiri puas jadi biasa-biasa saja.

Di Jepang sendiri, etikanya sudah mulai berubah. Orang di sana mulai berhati-hati bilang gambatte kudasai (perintah untuk gambaru itu...). Karena kalau orang yang disemangati itu sudah berjuang habis-habisan, tapi hasilnya tidak memuaskan, dia jadi bingung dan putus asa harus berjuang seperti apa lagi? Malah depresi, bukan tersemangati.

https://drawingofmind.blogspot.com said...

like it mbak Andini

Andini Rizky said...

Menautkan tulisan ini dari: http://homeschooling-indonesia.com/gambaru-yang-manipulatif/ Terima kasih Mbak Ratna. Blogspot sama WordPress nggak kompatibel sih ya.