Pages

Monday, September 26, 2011

Maafkan Mamamu, Donna

Sabtu kemarin Donna mengikuti kompetisi piano yang diselenggarakan oleh sebuah media. Kompetisinya ternyata diikuti peserta dari berbagai wilayah Indonesia dengan kemampuan hebat-hebat.
Donna tidak menang. Tapi itu bukan masalah bagi kami. Karena kalau menang lagi mungkin malah tak baik untuk Donna. Kompetisi piano pertama yang Donna ikuti adalah yang diselenggarakan oleh Yamaha beberapa waktu lalu. Veni vidi vici, Donna jadi juara satu. Kalau ini juara lagi kami takutnya dia menjadi jumawa dan sombong, menyepelekan yang namanya ketekunan dan kerja keras.
Namun kali ini aku merasa bersalah dan sedih sekali. Malam sebelum lomba Donna sangat stress, dia ingin sekali menang. Rencananya hadiah uang (kalau menang) dia ingin belikan kamera, karena selama ini kalau perlu kamera dia musti meminjamnya dariku (padahal aku sendiri memerlukannya untuk proses catatan Home Ed Liza). Dia tak bisa tidur sampai lewat tengah malam. Papanya yang mengetahui hal ini berusaha menemani sejenak sampai tertidur. Rupa-rupanya tak lama dia terbangun lagi. Aku sendiri sudah tertidur kelelahan dan tak mengetahui semua hal ini (sebagai anak yang sangat peka, Donna sangat mengerti dan tak akan membangunkanku/menggangguku). Kupikir semuanya baik-baik saja, karena toh dia pernah mengikuti kompetisi piano. Repertoir yang akan dibawakan juga semua ok.
Paginya kami menemukan banyak sekali rontokan rambut di bantal dan tempat tidur Donna. Dia merasa rambutnya kusut semua dan ditarik untuk diluruskan! Ah, aku sedih sekali dan merasa bersalah. Seharusnya aku bisa menemaninya, dia bisa tidur denganku. Ketika sedang merasa sedih/tertekan biasanya Donna minta tidur denganku, sambil memegang leherku, kuelus-elus rambutnya sampai tertidur. Ke mana saja aku ini, ibunya tapi tak bisa merasakan ketegangannya. Hari-hari terakhir memang keinginan belajar kakaknya, Liza, sedang meningkat, dan sebagai anak Special Needs tentu proses ini menyenangkanku sekaligus sangat menyerap energiku.
Segera kuputarkan lagu dari Youtube, theme song dari film "Rio" yang biasanya bisa menceriakannya. Tapi rupanya tak menolong banyak. Dia berangkat tanpa keceriaan sedikit pun.
Sesampai di tempat kompetisi sudah banyak peserta yang hadir. Beberapa sedang mencoba piano di panggung. Donna juga ingin mencoba piano di panggung. Ada seorang anak lelaki yang memborong pianonya (atas permintaan orang tuanya), berlatih terus dan hanya memberi sedikit kesempatan kepada dua-tiga orang lain, sampai waktu habis. Donna bertambah stress. Kami bergantian mengajaknya berjalan di sekeliling gedung yang cantik itu. Kami berusaha menceriakan Donna tapi tak berhasil. Wajahnya pucat pasi.
Dan kekuatiran kami pun terjadilah. Dimulai saat memberi hormat, Donna hampir terjatuh (sampai aku kepikiran aduh jangan-jangan dia akan pingsan di panggung). Repertoir yang pertama adalah lagu wajib, yang tidak sulit dan tidak panjang. Donna melakukan kesalahan di bagian yang tak pernah salah sebelumnya. Repertoir kedua lagu kesukaan kami, tapi dia mainkan tanpa jiwa.
Dan memang demikianlah seharusnya. Donna tidak menang. Dia termenung lama sekali. AKu membahasnya sesantai mungkin. Jangan pedulikan menang atau kalah, itu bukan soal, yang lebih penting bagi kami adalah kamu main dengan senang hati. Itu pesanku padanya.
Kemarin dia bertekad ikut untuk yang tahun 2012. Sementara aku masih tak bisa menghapus kesedihanku karena membiarkannya stress sendirian malam itu, di waktu sebenarnya dia sangat membutuhkanku.

5 comments:

Aar said...

Semoga Donna cepat pulih dan ceria kembali, ya...

Mbak Ratna, deraan rasa bersalah kita sebagai orangtua memang menyakitkan. Donna pasti tahu dan bisa merasakan kepedihan Mamanya dan itu akan menjadi pupuk yang menguatkan ikatan Donna bersama Mama.. :)

Moi Kusman said...

Speechless bacanya. Aku pasti juga ada di posisi yg sama dengan Ratna. Berdoa pada Yang Maha Kuasa agar dapat segera mengambil hikmah dari kejadian ini. Semoga ke depan kejadian ini dapat memperkuat fondasi mental & pengalaman kalian berdua. Aamiin.

https://drawingofmind.blogspot.com said...

suwun ya Mas Aar & Mbak Moi, amiin atas doa & dukungan kalian.
Aku masih harus berusaha keras untuk bisa selalu berjalan on the right track sebagai ibu

{Eka} said...

Peluk sayang buat Donna, Mbak Ratna. Peluk Mbak Ratna juga. Semua proses belajar dan tak luput dari kesalahan. Terkadang hanya pelukan dan ucapan maaf yang tulus akan menjadi obat yang manjur dan membebaskan kita.

Hope you and Donna feel better today. happy to know that Liza is eager to learn more in excitement!

https://drawingofmind.blogspot.com said...

wah betul sis, sebetulnya seperti yg sis saranin itu, pelukan & ucapan maaf yg tulus...
beneran tak kepikiran krn deraan rasa bersalah
thank you sis!