Thursday, October 30, 2008
Libur Lebaran 3
Museum Bahari
Sudah lama kami ingin mengunjungi museum-museum yang ada di daerah kota lama Jakarta. Tapi biasanya terkendala kemacetan yang luar biasa di situ (macet + panas + lembab, karena dekat laut). Mumpung sedang suasana libur lebaran, yang tentunya juga mengurangi "jumlah" penduduk secara signifikan, kami pun mengunjungi beberapa museum yang ada di kota .
Yang pertama kami kunjungi adalah Museum Bahari di jalan Pasar Ikan. Terus terang, keadaannya memprihatinkan. Petunjuk jalannya kurang lengkap sampai kami tersasar dan perlu petunjuk lisan dari penduduk setempat.
Apalagi koleksinya, aduuh... Sedih melihatnya. Selain debu yang sangat tebal, banyak koleksi yang lapuk dan lepas dari konstruksinya. Ada bekas air banjir (?) dan rob (?).
Wednesday, October 15, 2008
Libur Lebaran 2
Tuesday, October 7, 2008
Libur Lebaran 1
Begitulah permintaan Donna ,yang lalu membawa kami ke Gelanggang Samudra di Ancol. Di akhir acara Dolphin Show ada beberapa anak yang bergiliran dicium lumba-lumba. Saya tanya Donna ,"Bagaimana rasanya?"
"Basah!"
Dolphin Show adalah salah satu acara yang bisa kita lihat selain Pentas Aneka Satwa, pentas Singa Laut dan teater 4 Dimensi (kali ini film yang diputar adalah "Monster of the Deep").
Untung kami berangkat pagi-pagi dari rumah. Karena makin siang makin penuh pengunjung , dan yang menyiksa tentu udara yang sangat panas terik. Semua itu membuat Liza merasa amat tidak nyaman, apalagi dia memang tidak menikmati pertunjukan apapun di sana (karena sama sekali tidak ada yang membuatnya tertarik).
Monday, October 6, 2008
Petani Yang Masih Bekerja Keras
Beberapa hari sebelum lebaran kami melewati suatu areal persawahan. Di bawah matahari yang bersinar terik kami menyaksikan seorang petani yang masih bekerja keras ketika di sisi lain orang-orang sudah mulai menikmati libur lebaran. Di foto ini dia tampak jauh di belakang Donna, di belakang plastik biru. Dia sedang merontokkan gabah secara manual. Onggokan padi yang selesai dipanen menumpuk di sebelahnya. Ikat demi ikat padi dipukul-pukulkan di kayu yang berbentuk seperti kerangka peti. Bulir demi bulir padi rontok di bawahnya. Tetes demi tetes keringat membasahi badannya. Senyumnya mengembang ketika kami mendekatinya, dan melebar ketika tahu maksud kami mendekatinya. Ya, saya ingin Donna menyaksikan dari dekat proses perontokkan padi secara manual. Mengesankan!