Sabtu tgl 10 Maret yang lalu aku & Agung membuat e-KTP. Sebetulnya yang mendapat undangan cuma Agung. Maka berangkatlah dia duluan ke kecamatan. Dari sana Agung telpon bahwa punyaku juga bisa diurus sekalian. Maka menyusullah aku dan anak-anak ke kecamatan, walau sebetulnya aku & Liza sedang flu, tidak enak badan.
Sampai di sana antrian ada sekitar 10 orang. Kuajak anak-anak menunggu. Donna bawa bacaan. Liza, yah seperti biasa hanya membawa comforter buku dari kain yang berbordir, tak bisa berbuat lainnya.
Ketika giliran Agung, Donna ikut menonton prosesnya, tampak senang banget dia. Waktu giliranku, aku minta Donna jaga Liza sebentar, tapi dia ngotot mau lihat prosesku juga. Setelah selesai kami keluar ruangan untuk menjemput Liza. Dan kami saksikan pemandangan yang memilukan : Liza tergeletak tiduran di lantai, sambil ditonton para penunggu! Betapa sedihnya hatiku. Cepat-cepat kami meminta Liza bangun dan pulang. Pikiranku kacau, aku marah pada Donna yang tidak mau menjaga Liza sebentar saja.
Ketika hampir sampai pintu keluar, aku dipanggil kembali oleh petugas, karena komputer rusak sehingga proses pengambilan dataku musti diulang lagi. Maka aku kembali mengeluarkan KTPku yang lama dan duduk di kursi ruang dalam lagi. Hati sedih + flu membuatku tak bisa berpikir jernih. Di situlah dimulai persoalan yang yang membuatku stress beberapa hari : KTPku ketinggalan.
Hari Minggu aku baru teringat aku belum mengambil KTPku yang kuletakkan di meja petugas kecamatan. Kuputuskan hari Senin pagi aku akan mengambilnya segera.
Hari Senin aku tak bisa ke kecamatan pagi-pagi, karena Liza (juga aku) masih flu, dia tertidur lagi setelah mandi & sarapan. Akhirnya aku sampai di kecamatan sekitar pk 10.15. Setelah tanya sana sini (karena petugasnya berbeda dengan yang hari Sabtu) akhirnya ada seorang petugas yang mengaku memberikan KTPku itu kepada penduduk sesama perumahanku (aku blok H dan dia di blok G) untuk titip diberikan kepadaku. Astagaaa...aku sampai bengong tak tahu harus apa.
"Tunggu aja bu, satu dua hari ini, katanya mau diantar ke rumah ibu".
Setelah pulang di rumah, hatiku tak juga bisa tenang, pikiranku sangat galau. Aku balik lagi ke kecamatan, tentu dengan selalu membawa serta Liza (Agung di kantor & Donna di sekolah) yang dengan terpaksa kutinggal di mobil di parkiran. Aku agak memaksa minta nama & alamat si pembawa KTPku itu. Karena data disimpan di komputer atasan si petugas, maka kami menjelaskan kepada atasan tsb alasanku meminta data nama & alamat. Sang atasan menegur si petugas kenapa bisa memberikan KTP orang begitu saja kepada orang lain dan menegurku kenapa KTP bisa ketinggalan. Akhirnya didapat alamat tsb. Buru-buru aku jemput Donna karena sudah lewat waktunya dan lagi harus melewati kemacetan parah di jalan dekat sekolahannya. Donna menanyakan sudahkah KTPku ditemukan di kecamatan, yang kujawab belum, plus rentetan kekesalan kenapa dia tak mau menjaga LIza sebentar saja waktu itu. Lalu ku drop dia di tempat les gambarnya karena aku mau mencari alamat si pemegang KTPku.
Setelah menemukan alamat tsb dan kugedor-gedor berkali-kali tanpa ada sambutan, kuputuskan untuk menjemput Donna dari les gambarnya untuk nanti kembali ke situ lagi. Sorenya setelah dari jemput les Donna dan menggedor-gedor alamat itu lagi, kebetulan ada anak tetangganya keluar yang mengatakan si ibu M sudah lama tak tinggal di situ lagi, pindah entah ke mana. Rasa putus asa langsung mendera.
Malamnya ganti Agung yang mencoba menggedor-gedor alamat tsb, dan setelah bertanya pada Satpam diketahui si ibu M ini pindah agak jauh dari situ walau masih blok G juga. Malam itu juga aku & Agung bergantian mencoba mencari. Rumah yang ditunjukkan Satpam tak membuka pintu juga ketika diketuk, dan ada sebuah warung bernama sama dengan ibu M di dekat situ. Kuputuskan besok pagi mencari lagi karena sudah capek sekali dan flu terasa memburuk. Malam itu aku tidur dengan badan meriang dan pikiran stress. Pk 01.30 ketika aku terbangun, Donna menyentuhku, "Mama...". Aku tersadar, anak ini pasti didera perasaan bersalah sehingga tak bisa tidur. "Kamu gak bisa tidur ya? Ayo tidurlah, gak ada yang bisa kita lakukan sekarang, tidur saja, kalau tidak kamu nanti ikutan flu seperti Mama & cicik". Barulah dia tertidur.
Pagi-pagi berpayung dibawah hujan sangat lebat dan berangin aku mulai mendatangi warung yang kemarin, tapi ternyata bukan ybs. Rumah yang ditunjuk Satpam akhirnya kudatangi, betul ada ibu M tapi sedang antar anaknya sekolah, agak siang baru pulang. Agak siang kudatangi kembali, akhirnya kudapat kembali KTPku. Legaa sekali. Aku bersyukur mencarinya, tidak menunggu di rumah seperti saran si petugas kecamatan. Karena dari percakapan dengan si ibu M, sepertinya dia memang tidak berniat mencari alamatku untuk menyampaikan KTPku itu.
Siangnya ketika menjemput Donna segera kusampaikan berita gembira itu. Dengan mata berbinar dia berkata "Last night I prayed all night long for you and your ID card. I know God has many miracle for us. He always has."
Aku terharu dan merasa malu.
2 comments:
Seperti nonton film suspense padahal sudah tahu alur ceritanya. Pelajaran mahal ya, Ratna.
Hahaha iya mb Moi, aku tak menyangka hanya urusan e-ktp bisa panjang dan lebar begini
Post a Comment